Tuhan..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan..
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada hal lagi yang sama terjadi padaku,
Terjadi pada orang lain
Tuhan..
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu?
Tuhan..
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?
Tuhan..
Biarkanlah aku bisa melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya
Tuhan..
Ijinkanlah rambutku kembali tumbuh, agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya
Tuhan..
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi?
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan
kepadda ayah dan sahabat-sahabatku...
Tuhan..
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidupku
kepada siapapun yang mengenalku
Tuhan..
Surat kecilku ini
adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali..
ke dunia yang Kau berikan padaku...
****

Yah, itu adalah isi surat Keke untuk
Tuhan dalam Novel surat kecil untuk Tuhan. Novel ini merupakan kisah
nyata dari gadis kecil Gita Sesa Wanda Cantika (Keke), yang ditulis
oleh Agnes Davonar.
Novel
ini menceritakan tentang perjuangan gadis remaja dalam melawan kanker
ganas, Rabdomiosarkoma (kanker Jaringan Lunak). Membaca novel ini kata
per kata membuat aku nangis bombay, bukan hanya sekali tapi berulang
kali, dalam setiap sesi perjuangan Keke.
Keke, adalah remaja berusia 13
tahun yang divonis menderita kanker ganas stadium 3 di bagian muka
sebelah kiri. Menurut dokter, kasus ini adalah kasus yang langka terjadi
pada remaja bahkan mungkin baru pertama ini terjadi di Indonesia.
Bayangkan, di usia yang begitu muda, momen dimana remaja mulai mengalami
pubertas, beraktualisasi diri, dan merangkai mimpi-mimpi, Keke justru
harus berjuang untuk bisa hidup lebih lama. Dunianya yang dulu ceria
berubah menjadi lingkaran kesedihan.
Wajahnya yang dulu cantik, berubah
menjadi seperti monster karena kanker itu mulai membengkak dan muncul
benjolan di wajahnya. satu cuplikan yang menurut aku menyayat hati dan
membuat aku sesenggukan adalah saat ada anak TK yang masih begitu polos
mengomentari bentuk wajahnya yang tak beraturan.
"Mama, wajah kakak itu kenapa, seram sekali, seperti monster, Adi jadi takut"
Kehidupan Keke yang dulu aktif
harus dibatasi. Voley yang menjadi kegemarannya harus ditinggalkan,
karena kondisi tubuhnya yang tidak mendukung dengan semua kegiatan itu.
Menurut dokter yang menanganinya,
satu-satunya cara untuk membunuh sel kanker itu adalah operasi. Parahnya
operasi itu akan menghilangkan kulit muka keke, sebagian hidung, tulang
pipi dan mata kirinya. Yang lebih menyedihkan lagi, operasi itu belum
tentu berhasil 100%. Dan apabila operasi tidak segera dilakukan, maka
kanker itu akan semakin menggerogoti hidupnya, karena dalam waktu 5 hari
sel itu akan menyebar.
Bagi seorang ayah, resiko operasi
itu terlalu tinggi tapi dengan konsekuensi yang besar, masa depan Keke.
Akhirnya ayahnya berusaha untuk mencari pengobatan alternatif dan
berkeliling ke seluruh Indonesia, tapi hasilnya nihil. Mau tak mau
ayahnya kembali ke ilmu medis dan menurut dokter, ada satu cara lain
yang bisa membunuh kanker itu, kemoterapi.
kemoterapipun dilakukan dalam enam
kali tahapan. Dalam waktu sekitar 6 bulan, kemoterapi itu menunjukkan
titik terang. Sel Kanker itu telah mati dan benar-benar sudah pergi dari
tubuh Keke.
Sayangnya kebahagiaan itu tidak
bertahan lama, Allah punya rencanaNya sendiri. setelah kesembuhannya
yang pertama, Kanker itu datang lagi, kali ini dengan lokasi berbeda, di
pelipis mata sebelah kanan.
Kali ini, ayahnya mencoba cara yang
pertama, berharap bisa membunuh kanker nakal itu. Kemoterapi pun
dilakukan lagi, seluruh rambut Keke rontok tak bersisa. Tapi sepertinya
kanker itu mulai kebal dengan bahan kimia. kanker itu tetap duduk manis
di pelipis kanan Keke.
Akhirnya ayahnya mencoba pengobatan
ke Singapura, disana dokterpun menyarankan untuk operasi. karena
desperdo, mereka pun kembali ke Indonesia dengan kondisi Keke yang
semakin parah, Kenker itu mulai menyebar ke seluruh tubuh, ke paru-paru,
Jantung dan organ-organ lain. satu hal yang membuat aku terharu, dengan
kondisi yang begitu parah, semangat belajar Keke sangat tinggi, dia
tetap keukeuh untuk sekolah. bahkan disaat tangan dan kakinya sudah tak mampu lagi digerakkan.
Waktupun berlalu dan kondisi Keke
tak juga membaik hingga akhirnya dia harus rawat inap lagi di RSCM dan
mengalami koma selama tiga hari. Dalam massa opname itu ada
berita yang begitu membanggakan baik untuk Keke, keluarganya maupunn
aku, pembaca. Allah memang memberikan cobaan sesuai kemampuan hambaNya.
Keke membuktikan semua itu.
"Keke menjadi juara tiga di kelasnya dalam ujian akhir sekolah."
Subhanallah, padahal dengan kondisi
yang begitu rapuh, gadis di usianya yang massih begitu muda bisa tetap
berprestasi. Tapi Allah memang punya skenario sendiri. Keke akhirnya
meninggal di usia 15 tahun, tepat pada tanggal 25 Desmber 2006. Semoga
dia mendapatkan tempat yang layak di sisiNya, amiin...
***
Novel
ini mengalir. Gaya bahasa yang digunakan memang masih belum begitu enak
untuk dibaca, mungkin memang sengaja disesuaikan dengan tokoh utama
yang masih remaja sehingga gaya bahasanya "sedikit anak kecil".
Selain itu, hal yang sedikit membuat aku terganggu adalah hubungan Keke
dengan pacarnya, Andi yang begitu dekat dan disorot. Mungkin memang Andi
mempunyai porsi yang cukup banyak dalam kehidupan nyata Keke, hanya
saja menurut aku di usia yang masih remaja, hubungan itu masih terlalu
dini.
Apapun kelemahan buku ini, kisah ini sangat inspiring. Memaksa kita untuk membuka mata lebih lebar dalam menjalani dan memaknai hidup.
"Ayuk teman-teman, dengan semua anugerah Allah yang diberikan kepada kita, kita optimalkan hidup kita agar lebih bermakna"